Pages

Kamis, 28 April 2011

STARTEGI PENGATURAN KONDISI LINGKUNGAN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENAMBATAN BIOLOGI N2 PADA TANAMAN TEBU



STARTEGI PENGATURAN KONDISI LINGKUNGAN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENAMBATAN BIOLOGI N2
PADA TANAMAN TEBU
(Makalah Biologi dan Kesehatan Tanah)


I.PENDAHULUAN




1.1 latar Belakang

Perkebunan tebu (Saccharum officinarum L.) tersebar luas di daerah Sumatera yang kebanyakan tanahnya bereaksi masam yang biasanya diklasifikasikan sebagai Ultisol dan Oxisol. Sama halnya dengan sistem pertanian tradisional, pembukaan awal lahan perkebunan tebu dilakukan dengan jalan menebang dan membakar tumbuhan hutan. Pada waktu sepuluh tahun setelah pembakaran hutan, biasanya produksi tebu sudah mulai menurun karena kesuburan tanah yang telah menurun.  Pada beberapa perkebunan tebu di daerah Lampung, pengapuran dan
pemupukan N, P, K masih umum dilakukan untuk memperoleh produksi tebu yang diharapkan. Pada beberapa perkebunan tebu di Australia, pengapuran pada tanah masam (kahat Ca dan Mg) memberikan hasil tebu yang sangat memuaskan  walaupun sebenarnya tebu cukup toleran terhadap keracunan Al dan pH tanah rendah.   Untuk jangka pendek, pengapuran dan pemupukan pada tanah masam merupakan cara termudah dan tercepat untuk menangani masalah kesuburan tanah (Setijono dan Soepardi, 1985), namun tindakan ini masih belum memecahkan masalah lainnya yaitu rendahnya kandungan bahan organik tanah (BOT). Usaha mempertahankan kandungan BOT merupakan kunci utama dalam menghindari kerusakan fisik tanah antara lain perbaikan agregat tanah, perkolasi air tanah, infiltrasi tanah dan kelembaban air tanah. Dengan demikian BOT dapat melindungi kerusakan tanah akibat erosi dan aliran permukaan, kekeringan. Hasil mineralisasi bahan oragnik meningkatkan ketersediaan beberapa hara dalam tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.    Di daerah tropis, tanah-tanah produktif minimal harus memiliki kandungan BOT sekitar 2 - 4 % (Hairiah  et al.,2001),  untuk mempertahankannya diperlukan tambahan BO sebanyak 8-9 Mg ha. Namun kenyataannya di lapang, seringkali penyediaan BO sejumlah itu kurang memungkinkan. Kondisi ini masih diperparah lagi oleh adanya pengangkutan sisa panen keluar plot atau pembakaran di tempat, sehingga  penurunan BOT berlangsung lebih cepat.  Guna mengatasi masalah rendahnya BOT ini tidak ada jalan lain selain menambah BO dari luar baik berupa pengembalian sisa panen, limbah produksi atau dari penanaman tanaman penutup tanah pada masa bera. Jumlah biomasa yang dihasilkan selama masa bera bervariasi dengan macam tanaman dan lamanya masa bera. 

Azospirillum  merupakan   bakteri   tanah penambat   nitrogen   nonsimbiotik.   Bakteri   ini hidup   bebas   di   dalam  tanah,   baik   di   sekitar maupun   dekat   dengan   perakaran.   Potensinya telah   diketahui   oleh   peneliti  memiliki   banyak manfaat   baik   dalam   tanah   maupun   pada tanaman, sehingga banyak diaplikasikan sebagai biofertilizer.  Dengan demikian penambahan Azospirillum pada BO sangatlah efektif dalam penambatan Nitrogen.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui strategi dan cara yang harus dilakukan dalam membantu penambatan N2 pada areal tanaman tebu


















II. ISI



Pada masa ini penggunaan pupuk anorganik secara berlebih dan terus menerus dalam pertanian intensif sangatlah merugikan. Hal ini terutama  dapat menurunkan tingkat kesuburan lahan karena perubahan sifat kimia dan fisika tanah serta menurunnya kehidupan biologis dalam tanah, sehingga budidaya pertanian dengan menggunakan pupuk kimia yang berlebihan dan terus-menerus perlu ditinjau kembali, khususnya untuk mengatasi kehilangan N dan kejenuhan terhadap pupuk P, karena selain tidak efisien juga mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pemeliharaan kesehatan dan kesuburan tanaman dengan memperhatikan aspek kesuburan dan kesehatan tanahnya merupakan hal yang paling penting dalam sistem pertanian. Kaidah-kaidah hayati yang mendukung rantai daur ulang yang terjadi di alam antara organisme produsen, konsumen dan pengurai harus dijaga keberlangsungannya. Penyediaan unsur hara yang sinergis dengan kaidah hayati perlu digalakkan dan dilibatkan secara proporsional

Dalam hal ini peningkatan penyediaan unsur hara yang sinergis dengan kaidah hayati terutama dalam bahasan kali ini adalah penambatan gas N2 dalam memenuhi kebutuhan hara tanaman tebu, dapat diguankan strategi yaitu penggunaan Azospirillum
Azospirillum  sp.  merupakan  salah  satu  bakteri  yang  dapat memfiksasi  N  yang  hidup  bebas  di  alam  dan  ditemukan  berasosiasi  dengan tanaman pertanian seperti pada tanaaman tebu. Azospirillum  sp  merupakan   bakteri   tanah penambat   nitrogen   nonsimbiotik.   Bakteri   ini hidup   bebas   di   dalam   tanah,   baik   di   sekitar maupun   dekat   dengan   perakaran.   Potensinya telah   diketahui   oleh   peneliti   memiliki   banyak manfaat   baik   dalam   tanah   maupun   pada tanaman, sehingga banyak diaplikasikan sebagai biofertilizer.  Pada tanaman lain Azospirillum digunakan   sebagai biofertilizer  karena mampu menambat nitrogen (N2) 40-80% dari total nitrogen dalam rotan, dan 30% nitrogen dalam tanaman tebu.

Konversi N2 dari udara menjadi amonia dimediasi (dibantu) oleh enzim nitrogenase. Banyaknya N2 yang dikonversi menjadi amonia sangat
tergantung pada kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan sumber energi (C-organik) di lingkungan rizosfir merupakan faktor utama yang menentukan banyaknya nitrogen yang dihasilkan. Penambahan sisa-sisa tanaman (biomassa) sebagai sumber C ke  dalam tanah memacu perkembangan populasi bakteri penambat N. Ini menjelaskan mengapa jumlah nitrogen yang ditambat oleh bakteri bervariasi di tiap tempat tergantung pada ketersediaan energi dan kemampuan bakteri penambat N bersaing dengan mikroba lain yang hidup dan perkembang-biakannya juga bergantung kepada sumber energi yang sama.

Produk utama yang dihasilkan dari kegiatan budidaya tebu adalah batang tebu yang dapat diproses menjadi 6-9% gula dan 91-94% limbah. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula selama proses produksi, antara lain : limbah gas, limbah cair, dan limbah padat. Limbah padat yang dihasilkan selama proses produksi, antara lain : ampas tebu (bagasse) yang merupakan hasil dari proses ekstraksi cairan tebu pada batang tebu, blotong (filter cake) yang merupakan hasil samping proses penjernihan nira gula, dan abu ketel (ash) yang merupakan sisa pembakaran atau kerak ketel pabrik gula.

Dalam memanfaatkan limbah produksi tebu dapat dilakuakan penginokulasian bakteri Azospirillum  sp bersamaan pemberian  bagasse dan blotong ke dalam tanah merupakan bentuk cara yang efektif dalam penambahan bahan organik dan penambatana N2. Bagasse dan blotong berfungsi sebagai media tumbuh serta sumber karbon bagi pertumbuhan Azospirillum  sp karena pada bagasse,serasah dan blotong tersebut masih mengandung C yang dimanfaatkan Azospirillum  sp untuk tumbuh.  Disisi lain Azospirillum  sp melakukan penambatan N2.  Pemberian blotong,seresah dan bagasse dilakukan pada saat lahan masih pada fase istirahat(Bera). Sedangkan pada saat tanaman tumbuh berkembang, Azospirillum  sp memanfaatkan energi yang berasal dari eksudat perkaran tebu.

Reaksi umum katalis nitrogenase adalah:
8 H+ + 8 e- + 16 ATP 2 NH3 + 16 ADP + 16 Pj + H2

Azospirillum  selain mampu  menambat nitrogen   dan   menghasilkan   hormon pertumbuhan,   juga   mampu   merombak   bahan organik  di  dalam  tanah.   Bahan organik  yang dimaksud  adalah  bahan  organik  yang berasal dari   kelompok   karbohidrat,   seperti   selulosa, amilosa, dan bahan organik yang mengandung sejumlah   lemak   dan   protein.  




















III. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu;

  1. Azospirillum  digunakan   sebagai biofertilizer  karena mampu menambat  nitrogen N2
  2. Azospirillum  selain mampu menambat nitrogen   dan   menghasilkan   hormon pertumbuhan,   juga  mampu  merombak   bahan organik di  dalam  tanah
  3. Pengaplikasian pada areal lahan tebu adalah dengan penambahan Azospirillum pada bagasse dan blotong.





















DAFTAR PUSTAKA


Akbari,  Gh. A., S.  M Arab, H.  A Alikhani,  I.Allahdadi   and  M.H.  Arzanesh.   2007.Isolation   and   selection   of   indigenousAzospirillum spp. and IAA of Superiorstrain on wheat roots. World Journal ofAgricultural Sciences, 3: 523-529.

Mangunwidjaja, D. dan A.   Suryani. 1994.Teknologi Bioproses. Jakarta: Swadaya.

Mudrikasih,   D.   K.   2008.   Kemampaun Azospirillum  sp.dalam  menghasilkan
Amilase   pada   Medium   Onggok   dan Dedak dengan Waktu Inkubasi Berbeda.
Skripsi.  Tidak Dipublikasilan. Purwokerto: Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman,


Jumat, 25 Februari 2011

PERAN PENTING KARANTINA TUMBUHAN DI INDONESIA

Bagi Negara Agraris seperti Indonesia, sektor pertanian merupakan bidang kehidupan pokok bagi sebagian besar penduduknya dan berpengaruh langsung pada kondisi ekonomi negara. Salah satu ancaman yang bisa menghambat budidaya pertanian adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan untuk mengawasinya perlu dilakukan sistem perlindungan tanaman antara lain Karantina Tumbuhan, Kegiatan Karantina Tumbuhan di Indonesia diselenggarakan oleh Badan Karantina Pertanian.
Peran penting Karantina Tumbuhan Indonesia tidak akan pernah lepas dari aspek perlindungan tanaman, karena Karantina Tumbuhan merupakan salah satu kegiatan dalam sistem perlindungan tanaman, disamping pengendalian dan eradikasi OPT.

Rabu, 16 Februari 2011

testttt

ttttttttttterrrrrrrrrrrsd